DINAMIKA DAN PERKEMBANGAN PARADIGMA ILMU PENGETAHUAN DI BARAT PADA ABAD PERTENGAHAN
Oleh
Agus Salim
A.
Pendahuluan.
Dalam dunia filsafat, kita tahu bahwa timbulnya ilmu filsafat
adalah selalu dikaitkan dengan perkembangan Ilmu Filsafat Yunani, hal ini bukan
tidak beralasan. Dalam buku yang berjudul Filsafat Umum yang disusun oleh Atang
Abdul Halim dan Beni Ahmad Saibani, dijelaskan
bahwa kata Filsafat berasal dari bahasa Yunani yakni Philein/Philos
(cinta) dan Sofein/Sophi (kebijaksanaan),[1]
yang menurut sejarah perkembangan Ilmu Filsafat pernah digunakan oleh
Heraklitos (540-480 SM), Pythagoras (580-500 SM) dan lebih nampak tegas
setelah Socrates memberi arti
philosophien sebagai penguasaan secara sistematis terhadap pengetahuan
teoritis.[2]
Penggunaan kata filsafat ada sebelum Islam lahir sebagai agama, Penggunaan
kata ini yang kemudian menjadikan indikator tentang lahir Ilmu Filsafat. Pada
kisaran tahun 595 M Islam lahir, dan saat itu Nabi Muhammad diutus menjadi
seorang Nabi. Pada tahun 610 M beliau diutus menjadi seorang rasul. Pada masa
ini dalam buku-buku yang penulis baca tidak adanya penjelasan adanya ilmu
filsafat dalam dunia Islam, namun pada masa ini di Yunani dan Romawi telah
dikenal ilmu filsafat, hal ini karena sebelum tahun Masehi Yunani telah lebih
dulu mengenal ilmu filsafat.
Dalam dunia Islam istilah Ilmu Filsafat terdeteksi saat beberapa
ilmuan muslim telah mengenal Ilmu Filsafat, masa ini dimulai dari masa
Abasiyah. Pada masa ini muncul beberapa Filusuf muslim sebagaimana kita kenal Al Faraby, Al
Kindi, Ibnu Rusyd dan Imam Ghozali. Kehadiran Filusuf pada masa itu membawa
perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat. Pertama-tama mereka mengkaji
Qur’an dan Hadits saja sebagai sumber agama, kemudian mereka menyadari bahwa Qur’an
dan Hadits selain menjadi sumber agama, Qur’an dan Hadits juga menjadi sumber
bagi ilmu-ilmu lain.
Dari uraian di atas, maka tulisan ini mencoba menelaah perkembangan
ilmu pengetahuan pada masa pertengahan menurut perkembangan Ilmu Filsafat. Dan
pembahasan ini diharapkan mampu menjawab beberapa masalah berikut ini:
1.
Apa
yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan dan apa hubungan ilmu pengetahuan dengan
filsafat?
2.
Sejak
kapan ilmu pengetahuan abad pertengahan dimulai dan apa bentuk-bentuk ilmu pengetahauannya?
B.
Pengertian Ilmu Pengetahuan.
Sering kita temui bahwa kata ilmu dan pengetahuan digabung menjadi
satu kalimat sehingga menjadi kalimat “ilmu pengetahuan”. Ilmu yang dalam
bahasa Inggris adalah science dan
pengetahuan menurut bahasa Inggris adalah knowledge,[3]
adalah dua hal yang berbeda. Sedangkan Ilmu menurut istilah dalam Kamus Besar
Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu
di bidang pengetahuan itu, dan pengetahuan menurut Abbas Hamami Mintaredja
sebagaimana dikutip oleh Heri Santoso dan Listiono Santoso dalam bukunya adalah
suatu istilah yang digunakan untuk menuturkan bila seorang mengenal sesuatu.[4]
jika melihat kedua definisi ilmu dan pengetahuan maka dapat kita simpulkan
bahwa, ilmu akan bisa didapat dengan cara usaha seseorang, dan ilmu didapat
dengan menggunakan metode tertentu dan disusun secara sistematis, sedangkan
pengetahuan hanya berkisar pada mengenal saja.
Definisi Ilmu Pengetahuan menurut Mappadjanji Amin adalah sesuatu
yang berawal dari pengetahuan, bersumber dari wahyu, hati dan semesta yang
memiliki paradigma, obyek pengamatan , metode, dan media komunikasi membentuk
sains baru dengan tujuan untuk memahami semesta untuk memanfaatkanya dan
menemukan diri untuk menggali potensi fitrawi guna mengenal Allah.
Menurut Helmy A. Kotto Ilmu penegtahuan adalah proses pembentukan
pegetahuan yang terus menerus sampai menjelaskan fenomena dan kebendaan alam
itu sendiri.[5]
Ilmu pengetahuan pada dasarnya mengacu
pada sebuah ordinary knowled, dalam artian sekedar arti
pengetahuan pada umumnya yang telah beredar dalam masyarakat luas.[6]
Sebagai mahluk tuhan yang sempurna manusia dituntut untuk
menggunakan otaknya untuk berfikir dan bertadabur. Dengan berfikir dan tadabur
manusia mampu mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang buruk. Selain
manusia diberi keutamaan untuk berfikir dan tadabur, manusia juga diberi rasa
keingin tahuan terhadap sesuatu yang ia
temukan melalui pancaindranya. Dari rasa ingin tahu, manusia terdorong untuk melakukan
penelitian terhadap apa yang mereka ingin ketahui. Semakin besar rasa keingin
tahuan manusia, maka semakin banyak yang mereka akan teliti. Semakin banyak
yang mereka teliti, maka semakin banyak yang mereka akan ketahui dari obyek
yang mereka teliti.
Perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari rasa keingin
tahuan manusia atas apa yang difikirkannya dan atas apa yang ia temukan dalam
kehidupannya. Rasa keingin tahuan manusia terhadap sesuatu yang baru akan semakin bertambah jika rasa keingin tahuan mereka berkaitan
dengan sesuatu yang bermanfaat baginya atau membahayakan dirinya. Dorongan
untuk memanfaatkan sesuatu adalah titik pertama dorongan manusia memulai
percobaan-percobaan dan pengamatan terhadap sesuatu, dari hal ini pula dimulai
pengenalan beberapa hal yang ada di hadapanya.
Diakui atau tidak perkembangan ilmu pengetahuan bergantung
kepada pola pikir manusia pada saat itu. Artinya sebuah masa dapat dikatakan
sebagai masa yang didalamnya terdapat perkembangan ilmu pengetahuan berarti
pola pikir manusianya baik. Pola pikir yang baik di sini adalah tidak
dibatasi oleh penguasa atau dogma agama. Sebaliknya suatu masa yang pada
saat itu manusianya tidak punya pola pikir baik, maka ilmu pengetahuan pun akan
rendah.
Dunia Islam mengenal ilmu
pengetahuan sejak zaman Nabi Adam a.s sebagai manusia pertama. Dalam Qur’an
dijelaskan ketika Nabi Adam a.s diturunkan kemuka bumi makhluk yang lebih dulu
menghuni bumi tidak menginginkannya bahkan malaikat sebagai khalifah, namun
setelah Allah memerintahkan Nabi Adam a.s untuk memberitahukan sesuatu pada makhluk yang lain, lantas merekapun mempunyai
tanggapan yang berbeda-beda atas kemampuan Adam a.s, sebagian mereka mengagumi
Adam a.s, namun sebagian mereka
mengingkari kehebatan Adam a.s
قَالَ يَأَدَمُ اَنْبِئُهُمْ بِأَسْمَآئهِمْ فَلَمَّ اَنْبَئَهُمْ
بِأَسْمَآئهِمْ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَكُمْ اِنِّ اَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَوَاتِ وَ
الاَرْضِ وَاَعْلَمُ مَا تُبْدُوْنَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُوْنَ
Artinya:
Dia (Allah) berfirman “wahai Adam beritahukan pada mereka nama-nama itu”, setelah dia (Adam)
menyebutkan nama-namanya, dia berfirman “bukankah aku telah katakana padamu,
bahwa aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan aku mengetahui apa yang kamu
nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan. (QS. 2.33)
Selain kisah Nabi Adam a.s di atas kita juga bisa melihat kisah perjalanan
Nabi Ibrahim a.s yang tidak kalah menarik dalam pemikiran filsafat,
pengalamannya mencari Tuhan dijelaskan dalam
surat Al An’am ayat 76-79. Ibrahim yang menemui malamnya pada saat itu
melihat bintang-bintang dan mengatakan “inilah Tuhanku”, tidak lama kemudian bintang
itu tenggelam ia mengatakan “saya tidak
suka kepada yang tenggelam, tidak lama kemudian ia memperhatikan rembulan
terbit, ia mengatakan “inilah Tuhanku” dan ketika bulan terbenam ia mengatakan
“sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pasti aku termasuk
orang-orang yang sesat”, dan ketika matahari terbit, ia pun mengatakan “inilah
Tuhanku, ini lebih besar”, dan ketika matahari terbenam ia mengatakan “hai
kaumku sesungguhnya aku terlepas dari apa yang kamu persekutukan”. Kejujuran
pemikiran Nabi Ibrahim a.s dalam mencari Tuhan, dan keberanian Nabi Ibrahim a.s
untuk melakukan pengamatan terhadap Tuhan semacam ini adalah pemikiran dan
pengamatan secara ilmiah.
Dari dua sejarah, Nabi Adam a.s dalam mengenalkan sesuatu kepada makhluk
yang terlebih dahulu menghuni bumi dan Nabi Ibrahim a.s yang berfikir dan
berusaha mencari Tuhanya, kita dapat simpulkan bahwa keduanya sedang melakukan
cara-cara berfilsafat dalam mengenal dan mencari kebenaran.
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saibani menukil penjelasan Juhaya
S. Pradja tentang filsafat. Bahwa filsafat adalah suatu proses kritik atau
pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang di junjung tinggi. Suatu sikap
falsafi yang benar adalah sikap yang kritis dan mencari sikap itu merupakan
sikap toleran dan terbuka dalam melihat persoalan dengan berbagai sudut pandang
dan tanpa prasangka.[7] Banyak
pakar mengatakan bahwa ilmu pengetahuan berasal dari cara berfikir filsafat.
Diawali dengan pertanyaan kemudian mencari jawaban-jawaban.
Dalam berfikir filsafat, filusuf sering memulai dengan sebuah
pertanyaan-pertanyaan, dalam kaitan mengawali sebuah pertanyaan kemudian
menemukan data dan menemukan pengetahuan baru adalah merupakan bagian dari
hubungan ilmu pengatahuan dan filsafat. Hal ini sejalan dengan pendapat A. Sonny Keraf dan Mikheal Dua,[8]
sikap dasar selalu bertanya yang menjadi ciri khas filsafat ini memang kemudian
memasuki segala cabang ilmu, yang semula bersatu dengan filsafat, dan karena
itu dalam semua ilmu selalu memiliki kecenderungan dasar ini. Oleh karena itu
pula, filsafat disebut juga sebagai ratu dan induk semua ilmu pengetahuan.
C.
Ilmu Pengetahuan Masa Pertengahan.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kebanyakan letaratur yang
menjelaskan bahwa peta periodisasi perkembangan Ilmu pengetahuan dalam ilmu
filsafat terbagi atas empat periode, Pertama periode Yunani kuno dari tahun
540 SM,[9] - 480
M, yang ditandai dengan lahirnya seorang pemikir bernama Boethius yang dianggap
filosof terakhir Romawi kuno dan filosof pertama skolastik, jasanya
menerjemahkan logika Aristoteles kedalam bahasa latin dan menulis berbagai traktat
logika Aristoteles. Boethius adalah seorang guru logika pada abad pertengahan dan
mengarang beberapa traktat Teologi yang dipelajari sepanjang abad pertengahan.[10]Kedua,
abad pertengahan yang bermula pada Tahun 480 M - 1600 M, walau ada yang mengatakan
zaman pertengahan berakhir pada saat
yang tidak jelas. Ada pula yang mengatakan bahwa abad ini berawal dari masa Boethius (480 M) dan berakhir pada
masa Nicolaus Cosanus (1404-1464) , adapula yang mengatakan berakhirnya zaman
pertengahan adalah mulainya zaman Renaissance. Ketiga, Abad Modern Tahun 1600 M-1800 M, Keempat zaman
baru Tahun 1800 M-1950 M atau kita sebut dengan zaman Fenomenologisme dan
Eksistensisme.
Sebagaimana kita ketahui filsafat
pada masa Yunani kuno disebut periode filsafat alam, karena pada periode ini
ditandai dengan munculnya ahli pikir alam dimana arah dan perhatian
pemikirannya pada alam sekitarnya. Pernyataan-pernyataan yang dibuat bersifat
filsafati (berdasar akal fikir) dan tidak berdasar pada mitos. Ahli pikir alam
antara lain, adalah Thales, Anaximendros, dan Phitagoras.[11] Hal yang berbeda keadaan ilmu pengetahuan dalam pandangan filsafat masa pertengahan
menurut Atang Abdul Hakim, dan Beni Ahmad Saebani,[12] pada
masa ini filsafat dipelajari dalam
hubungannya dengan Teologi. Akan tetapi, tidak berarti bahwa wacana
filsafat hilang. filsafat tetap
dipelajari meskipun tidak secara terbuka dan mandiri. Pada abad ini dibangun
sintensis filosofis yang penting. Sintensisnya berkaitan dengan tiga hal. Pertama,
didirikannya Universitas-universitas pada 1200 M. Kedua, dibentuknya
ordo-ordo baru. Ketiga ditemukan dan digunakan sejumlah karya filsafat yang
sebelumnya tidak dikenal.
Diakui pada sebagian masa pertengahan filsafat mengalami kemerosotan
yang juga berimbas pada kemerosotan Ilmu Pengetahuan. Tidak lain adalah sebab
pengaruh pembatasan oleh kekuasaan gereja. Terlebih pengaruh perpindahan kaum
Han dari Asia ke Eropa, orang Jerman pindah melewati perbatasan kekaisaran Romawi
yang secara politik sudah mengalami kemerosotan. Karena itu jika kita ingin
menelaah perkembangan Ilmu pengetahuan di Eropa pada masa pertengahan, maka
kita juga harus menelaah perkembangan ilmu filsafat, dimana sebab kita tahu
bahwa ilmu filsafat adalah ratu bagi ilmu pengetahuan lain.
Adalah Eriugena (810-877M) bekerja di sekolah lingkungan istana
Karel Agung, ia berjasa dalam menerjemah karya Pseudo Dionysios kedalam bahasa
latin sehingga menjadi referensi bagi dunia pemikiran abad-abad selanjutnya.
Berdasar filsafat Neoplatoisme ia membangun sentesis Teologi. Akan tetapi,
pemikiranya agak sulit dicerna sehingga pemikiranya tidak dapat diteruskan
orang lain. Anselmus (1033-1109 M) memimpin Biara di Normandi, Francis dan
Uskup Agung di Centebury, Inggris. Ia meluruskan perkataan Agustinus dengan
mengatakan “saya percaya supaya saya mengerti” (Credo ut intelligam), ia terkenal
karena argumentasinya bahwa Allah itu benar-benar ada. Menurut Wiramihardja
(2006: 56 ) ada tiga langkah pembuktian filosofinya. Pertama, Allah itu
Mahabesar sehingga tidak terpikirkan sesuatu yang lebih besar (Id quo nihil
malus cogitari potes). Kedua, Hal yang terbesar tentulah berada dalam kenyataan karena apa
yang ada dalam fikiran saja tidak mungkin lebih besar. Ketiga, Allah
tidak hanya dalam pemikiran, tapi ada dalam kenyataan juga, jadi Allah
benar-benar ada.[13]
Selain ilmu Teologi, pada zaman ini tepatnya pada Tahun 1076-1142 M
muncul Ahli pikir dalam bidang logika dan etika, ia adalah Aberledus,[14] yang memberikan sumbangan terhadap
penyelesaian masalah yang ramai dibicarakan dikalangan Skolastik, yaitu masalah
“Universalia”, Universal menyangkut konsep-konsep umum yang menentukan kodrat
dan kedudukan konsep-konsep tersebut, dalam hal ini ada dua pendirian yaitu
Realisme, bahkan disebut Ultra-realisme dengan tokohnya Gelielmus yang
membicarakan masalah “kemanusiaan”. Pendirian yang kedua adalah pendirian Nominalisme
dengan tokohnya Roscelinus. Ia berpendapat bahwa selain individu-individu tidak
ada sesuatu yang nyata. Menurut mereka, yang termasuk konsep-konsep umum
hanyalah bunyi (Flatus Vocis).
Masa pertengahan ini memiliki masa keemasan, masa keemasan itu baru
lahir pada abad ke 9, ditandai dengan berdirinya sekolah-sekolah di Eropa Barat
yang pada giliranya menjadi Universitas-universitas pertama di Barat. Di sekolah-sekolah
tersebut diberikan hak-hak khusus gereja, hal ini menambah berkembang Universitas
dan ilmu pengetahuan yang diajarkan didalamnya. Dan menurut sejarah pada masa
ini Universitas memiliki empat fakultas yaitu kedokteran, hukum, sastra dan teologi.
Menurut sebuah riwayat karya-karya Aristoteles ditemukan pada masa
ini, ajaran-ajaran Aristoteles yang pada masa sebelumnya hanya difahami tentang
logika maka pada masa ini ajaran Aristoteles dipandang lebih luas. Masuknya
ajaran Aristoteles ke dunia Barat melalui jalur langsung dan tidak langsung.
Ajaran Aristoteles masuk ke dunia barat secara langsung maksudnya ajaran Aristoteles
melalui Sisilia, dan ajaran Aristoteles dianggap tidak langsung karena ajaran
Aristoteles dibawa oleh orang Arab, sebagai tokohnya adalah Ibnu Sina
(980-1037) dan Ibnu Rusyd (1126-1196), serta beberapa filosof Yahudi.[15]
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini tidak hanya berkembang
di Barat saja namun di dunia Islam juga. Sebagai contoh kongkrit dapat
disebutkan bahwa Plato dan Aristoteles telah memberikan pengaruh yang besar
pada madzab-madzab Islam, khususnya eklektisisme. Al Farabi, dalam hal ini
memiliki sikap yang jelas kerena ia percaya
pada kesatuan filsafat. Dan bahwa tokoh-tokoh filsafat harus bersepakat
di antara mereka sepanjang yang menjadi tujuan mereka adalah kebenaran, bahkan bisa dikatakan para filosof muslim
mulai dari Al Kindi sampai Ibn Rusyd
terlibat dalam upaya rekonsiliasi tersebut, dengan cara mengemukakan
pandangan-pandangan yang relatif, baru dan menarik. Usaha-usaha mereka pada
giliranya menjadi alat dalam penyebaran filsafat dan penetrasinya ke dalam
study-study keislaman lainnya, dan tak diragukan lagi upaya rekonsilisasi oleh
para filosof muslim ini menghasilkan avinitas dan ikatan yang kuat antara
filsafat Arab dan filsafat Yunani.[16]
D.
Kesimpulan.
Pengertian pengetahuan adalah
segala sesuatu yang dapat ditangkap panca indra, sedangkan Ilmu adalah
pengetahuan yang didapat melalui proses dan metode yang sistematis dan untuk
menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan itu . Dari pengetahuan dan
ilmu maka munculah ilmu pengetahuan, karena ilmu dan pengetahuan membentuk
sub-sub pengetahuan yang berbeda. Sehingga ilmu pengetahuan adalah pembentukan
pegetahuan yang terus menerus sampai menjelaskan fenomena dan kebendaan alam
itu sendiri.
Dengan demikian awal lahirnya sebuah pengetahuan adalah semenjak
diturunkanya Nabi Adam a.s ke muka bumi. Dari pengetahuan-pengetahuan mendorong
Adam as dan keturunannya untuk memiliki ilmu, menggali ilmu dan mengembangkan
ilmu yang mereka dapat.
Awal perkembangan ilmu pengetahuan Eropa adalah dimulai dari awal
perkembangan filsafat di masa Yunani kuno (540 SM- 480 M), setelah masa Yunani
Kuno maka ilmu pengetahuan memasuki masa selanjutnya yakni masa pertengahan.
Masa pertengahan di mulai 480 M-1600M yang didalamnya juga masa Senesanse. Di
masa pertengan ini ilmu pengetahuan di Eropa atau juga ditimur mengalami
perkembangan pada masa akhir masa pertengan. Hal ini karena sedikit banyaknya pengaruh dukungan Gereja memnerlakukan
kehususan tidak membatasi ilmuan-ilmuan dikaji dan diteliti.
Selain juga penerjemahan buku Yunani Kuno peninggalan Socrates dan
filosof-filosof era klasik. Masa Yunani kuno dan masa pertengahan memiliki
corak keilmuan sendiri, di masa Yunani kuno ilmu yeng berkembang adalah tentang
alam dan di masa awal pertengahan, ilmu yang berkembang adalah Teologi dan pada
masa tengah masa peretangahan hingga akhir pertengahan ilmu yang berkembang
adalah sudah sangat bervariatif, mulai ilmu kedokteran, ilmu mate-matika, ilmu
hukum, fisika dan lain sebagaianya.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Atang Abdul Hakim, M.A dan Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si.
Filsafat Umum, Dari Metodologi sampai Teofilosofi. Pustaka Setia. Bandung. Cet. I . Tahun 2008
Prof.Dr. Amsal Bakhtiar., M.A. Filsafat Ilmu. Raja Grafindo
Persada.Jakarta. cet. 10. 2011
Heri Santoso dan Listiono Santoso, Pengantar ilmu pengetahuan,
Ikhtiyar Pribumisasi Ilmu-Ilmu Sosial, Gema Media. Yogyakarta. 2003
A. Sonny Keraf dan Mikheal Dua.Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjaun
Filsafat. Kanius. Yogyakarta.2001.
Drs. Mohammad Adib. MA. Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistimologi,
Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan. Pustaka Pelajar.Yogyakarta. Cet. I.
2011.
http://www.artikelsiana.com/2015/08/penegrtian-ilmu-pengetahuan-fungsi.html?m=1
[1]
Drs. Atang Abdul Hakim, M.A dan Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat Umum,
Dari Metodologi sampai Teofilosofi. Pustaka Setia. Bandung. Cet. I . Tahun 2008 Hal.14
[2]
Prof.Dr. Amsal Bakhtiar., M.A. Filsafat Ilmu. Raja Grafindo Persada.Jakarta.
cet. 10. 2011. Hal. 22
[3]
Heri Santoso dan Listiono Santoso, Pengantar ilmu pengetahuan, Ikhtiyar
Pribumisasi Ilmu-Ilmu Sosial, Gema Media. Yogyakarta. 2003. Hal 4
[4]
Ibid.
[5]
http://www.artikelsiana.com/2015/08/penegrtian-ilmu-pengetahuan-fungsi.html?m=1
[6]
Ibid. Heri Santoso dan Listiono Santoso. Hal. 4
[7]
Ibid. Drs. Atang Abdul Hakim, M.A dan Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat Umum………
Hal 15
[8]
A.
Sonny Keraf dan Mikheal Dua.Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjaun Filsafat. Kanius.
Yogyakarta.2001. hal. 18
[9]
Lihat, Philosophos mula-mula dikemukakan dan dipergunakan oleh Heraklitos
(540-480 SM)
[10]
Ibid. Drs. Atang Abdul Hakim, M.A dan Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat
Umum….. Hal.75
[11]
Drs. Mohammad Adib. MA. Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistimologi, Aksiologi dan
Logika Ilmu Pengetahuan. Pustaka Pelajar.Yogyakarta. Cet. I. 2011. Hal.26
[12]
Ibid Drs. Atang Abdul Hakim, M.A dan Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat
Umum, Dari Metodologi…………… Hal 75
[13]
Ibid. Drs. Atang Abdul Hakim, M.A dan Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si……………… Hal
74
[14]
Ibid….
[15]
Baca Penemuan Filsafat Yunani di Barat dalam Drs. Atang Abdul Hakim, M.A dan
Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si……………… Hal 75
[16]
Prof.Dr. Amsal Bakhtiar…………. Hal. 35
Komentar
Posting Komentar