SEBAIK-BAIK TEMAN ADALA HUKAMA DAN ULAMA

Pergaulan adalah bentuk interaksi individu terhadap sesama dan lingkungan. Pergaulan yang baik menurut para Ulama adalah pergaulan yang menguntungkan sisi keduniawian dan keukrawian. Hal ini karena kita manusia mahluk sosial dan mahluk tuhan yang memiliki tanggungjawab keduniawian dan tanggungjawab keukrawiyan yang harus seimbang.

Pergaulan juga akan membentuk kepribadian sesorang, dalam kitab Ta'lim Muta'alim disebutkan bahwa "jika kau ingin melihat kepribadian sesorang, maka lihat dengan siapa ia bergaul", sifat tabiat seorang tidak jauh beda dengan kelompok atau kawan bergaulnya. Secara alami, seorang akan tidak nyaman dengan orang yang tidak sejalan dan sepemikiran, itu sebabnya ia akan memilih rekan dan kawan bergaul yang sepedan dengannya.

Namun patut disadari artikel ini bukan untuk membatasi para pembaca dalam pergaulannya, yang pada giliranya menduga akan terjadi pilih- pilih kawan. Lebih lanjut artikel ini diharapkan menjadi bumbu dalam pergaulan atau interaksi kita sehari-hari. Dimana dalam pertemanan dan pergaulan setiap orang diharapkan bisa mengambil faedah dari pergaulannya, baik dalam kebaikan duniawinya atau ukhrawinya.

Faidah bergaul atau berinteraksi dengan teman dan masyarakat luas bukan hanya diartikan faidah menguntungkan saja, namun memberi manfaat pada orang lain, meski menanggung resiko. Tentu manfaat yang kita berikan harus disesuaikan dengan kemampuan, dan juga kesanggupan yang tidak bertentangan dengan syariat.

Beberapa ulama mengajarkan pada kita agar bergaul dan berteman dengan ulama dan orang baik bukan karena tanpa alasan. Alasan perintah untuk bergaul dengan ulama dan orang baik adalah karena mereka akan mengingatkan kita untuk berbuat baik dan menunjukan jalan keluar dalam setiap masalah agar kita selalu berbuat baik.

جالسوا الكبراء وسائلوا العلماء وخالطوا الحكماء

Artinya : “Hendaklah kalian bergaul dengan Kubara, dan bertanya dengan Ulama dan bercampur akrab dengan Hukama”. Menurut riwayat lain :

جالس العلماء وصاحب الحكماء وخالط الكبراء

Artinya : “Bergaullah dengan Ulama, bersahabatlah dengan Hukama dan bercampurlah dengan Kubara”.

Dalam kitab Kifayatul Adzkiya ada sebuah cerita tentang seorang laki yang datang kepda Syekh Hasan Al Basri, lelaki itu mengadu pada Syekh Hasan Al Basri bahwa ia mengaku ia adalah seorang lelaki yang tiap malamnya begadang pada saat malam tiba, ai juga mengaku ia sangat ingin untuk melakukan sholat malam, namun tak satu malam pun ia dapat sholat malam. Kemudian ia bertanya tentang hal ini pada Syekh Hasan Al Basri, Syekh Hasan Al Basri menjawab "dirimu terbelenggu dosa yang kau lakukan, maka datanglah pada orang yang tahu 'penyakit hatimu', agar engkau mendapat obatnya" lelaki itu pun tahu apa yang harus ia lakukan, ia selalu bertemu Syekh Hasan Al Basri untuk mengikuti pengajian dan mempertanyakan ihwal keadaan dirinya dalam beribadah pada Allah.

سيأتى زمان على امتى يفرون من العلماء والفقهاء فيبتليهم الله بثلاث بليات

 اولاها يرفع الله البركة من كسبهم و الثانية يسلط الله تعالى عليهم سلطانا ظالما والثالثة يخرجون من الدنيا بغير ايمان

Artinya : Akan datang suatu masa dimana umatku menjauhkan diri dari para Ulama dan Fuqaha, maka Allah menimpakan tiga bencana atas mereka : pertama, dicabut kembali berkah usahanya ; kedua, dikuasakan penguasa lalim (dzolim) atas mereka ; dan ketiga mereka meninggalkan alam dunia (mati) tanpa membawa iman”.

Dalam hadits di atas Allah bahkan mengaitkan bala atau bencana yang akan diterima jika umat telah lari dari ulama. Hal ini patut untuk kita renungkan demi kebaikan kita. (AS)