FATWA MEMENGGAL KEPALA MUFTINYA

FalahPost:Persoalan penolakan terhadap Waka sekjen MUI Tengku Zulkarnain oleh kelompok pemuda dayak saat turun dari pesawat di Kalimantan Barat. Penolakan dengan dasar bahwa MUI sebagai sumber fatwa perihal hukum islam sunghu tidak layak. Sebagaimana dikatahui MUI bukan hanya sebagai lembaga fatwa hukum islam tapi MUI juga sebagai lembaga pemersatu umat Islam Indonesia. Karena hal tersebut maka MUI mempunyai peran yang sangat Urgen dalam perekambangan Islam Indonseia.

Mungkin karena beberapa hal yang banyak orang tidak memahaminya saat ini MUI dalam kondisi yang tidak nyaman. Topoksi atau tugas pokok MUI adalah memberikan payung hukum terhadap perekembangan hukum islam Indosnesia saat ini. Praktis keberadaannya sangat betpengaruh terhadap perkembangan perbankan syaria dan lembaga keuangan syariah di Indonesia.

Tentu bukan hanya karena peranya terhadap perbankan dan lembaga keuangan sayraiah saja. Ia juga sebagai wada persatuan firqoh -firqoh islam, sebagaimana musliam indonsia adalah penganut agama terbanyak di antara penganut agama lain. Ada banyak kesangsian jika MUI tidal ada maka kesatuan negara di Indonesia akan seperti beberapa negara timur tengah.

Berkaitan Fatwa MUI, Fatwa MUI di Indonesia adala bukan legal formal yang dapat dijadikan hukum yang berlaku di negara kesatuan Indonesia. Ia hanya dasar yang dapat dijadikan panutan bagi umat Islam di Indonseia. Sehingga siapapun yang memumpunyai kepentingan terhadap hukum islam sebagai dasar dan pedoman dalam kehidupan maka MUI adalah rumahnya. Tanpa menafikan Ulama yang tidak dalam stuktur MUI, artinya boleh saja seorang meminta dan bertanya tentang perihal Islam pada seorang Kia. MUI adalah yang lebih legal dinegeri ini karena ia termasuk lembaga dibawah payung pemerintah.

Sebagaimana kita ketahui lebel Halal di dunia menarik perhatian beberapa mata negara besar di eropa dan Asia. Maka MUI pun penting kebaradaanya, bahkan bagi perusahaan milil orang non muslim. Karena negara juga memiliki kewajiban untuk menjaga warga negaranya dari makanan dan produk tidak halal. Hal ini tertuang dalam silah pertama pancasila.

Karena MUI sebagai rumah fatwa dan sumber fatwa dalam menjalankan agama dan perlindungan terhadap kegamaan Islam, ia mesti wajib mengeluarkan fatwa tentang apa yang diminta oleh siapa saja. Patut difahami bahwa fatwa yang dikeluarkan oleh MUI menuai pro dan kontra. 

Sejarah menyebutkan ada seorang yang pendosa besar, ia adalah pelaku perampokan hampir seumur hidupnya, dalam aksinya itu ia tidak hanya merampok tapi juga memperkosah dan tak jarang membunuh korbanya yang melawan, saat itu ia telah terhitung membunuh 97 orang. 

Ia mendapatkan hidayah dan ingin bertaubat, ia meminta fatwa kepada kepada seorang ulama tentang apakah ia dapat diterimah taubatnya jika ia telah membunuh 97 orang dan beberapa kali merampok dan memperkosa. Sang ulama menjawab " tidak, kau tidak mungkin diterimah yaubatnya", lantas ia membunuh ulama tersebut karena fatwanya tidak menguntungkanya. Selanjutnya ia juga bertanya pada seorang ulama, ulama pun menjawab hal yang sama "kau tidak akan diterimah taubatnya", ia pun membunuh ulama itu. Ia bertanya pada ulama ketiga dan ulama ketiga pun menjawab perihal jawaban ulama pertama dan kedua, ulama itu mati ditangan pendosa itu untuk korban yang seratus. Ia mendatangi satu ulama lagi lantas ulama yang keempat ini ia menjawab "kau akan diterima taubatnya, bertaubatlah dengan niat tidak akan mengulang lagi, mintalah ampun pada Allah dan istigfar lah setiap waktumu", fatwa itu dieterimahnya dan ia menjalan perintah ulama tersebut.

Dari hikayat ini kita bisa ambil i'tibar bahwa fatwa bisa saja ditolak, sekalipun penolaknya adalah peminta fatwa. Dari hikayat itu kota juga bisa ambil i'tibar bahwa seorang ulama harus bijak menyikapi kondisi dan keadaan pemohon fatwa dan maslahat. Adapun hikma yang harus diambil dari hikayat tersebut oleh pemohon fatwa atau orang muslim lainya, bahwa fatwa adalah cara pandang ulama yang didasari qur'an dan hadist, sehingga ada kebaikan fatea tersebut bagi pemohon fatwa dan maslahatan umat.

Di akui bahwa Ulama juga manusia sama seperti kita. Ia juga mempunyai kepentingan-kepentingan di suatu kondisi ada kemungkinan peran sikap kemanusiannya mendominasi. Tapi kit juga sadari pesan nabi bahwa ulama yang baik adalah pewaris para nabi, yang mewarisi sifat, semangat ibadah dan kepeduliannya pada umat melebihi kepeduliannya pada diri sendiri. (AS)

Tambak, 14 Januari 2017