MENYOAL PENISTA AGAMA




Patut untuk disadari trend penistaan agama akhir-akhir ini tentu menyita perhatian kita bersama. Setelah Gubernur inkamben Ahok menjadi tersangka atas dugaan penistaan agama, trend penista agama semakin menjadi sensitif pada akhirnya.
Munculnya kasus-kasus baru atas dugaan penista agama. Imam besar FPI Habib Rizik Sihab contohnya yang baru-baru ini dilaporkan oleh Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKPI), adalah merupakan tindak lanjut dari pada proses respon sensitif atas gerakan Habib Riziq Sihab pada gerakan berapa tahap lalu.
Menurut Beny Siregar seorang penulis dan seorang 'mazhab' sosial media ia mengatakan "telah lama kaum Nasrani menyimpan kesabaran dan pada akhirnya merespon juga", respom yang dimaksud Deny Siregar adalah respon aksi-aksi yang dilakukan kelompok radikal FPI beberapa bulan lalu.
Terlepas dari hal di atas, kejahatan atas nama apa saja tidak dibenarkan oleh agama Islam, Islam mengajarkan pada pengikutnya untuk selalu berbuat baik. Islam juga mengajarkan pada umatnya untuk mendahulukan kemaslahatan dari pada kemafsadatan.
Sejarah telah merekam banyak dakwa islamiyah yang menjadi percuma karena metodenya salah. Tapi lihatlah nabi Muhammad SAW menyebarkan Islam di jazirah Arab berkat belas kasihnya pada pengikut dan musuhnya. Ia tak membalas keburukan musuh dengan mengadu pada tuhan agar tuhan menurunkan azab kepada musuhnya atau mengerahkan pasukannya untuk membalas. Begitu juga, bagaimana para wali menyebarkan Islam di nusantara, mereka menyebarkan Islam di Nusantara dengan etika dan budaya bukan dengan jubah sucinya atau dengan karomahnya untuk menghantam musuh-musuhnya.
Berkaitan dengan itu semua tidaklah etis jika ada golongan yanh masih menggunakan kekerasan untuk menakuti umat agama lain untuk mengikuti agama Islam. Saya kira, kelompok yang menggunakan kekuatan mayoritasnya untuk berdakwa islamiyah tidaklah lain karena dorongan kesombongan kelompoknya saja bukan karena dakwa. Hal ini telah di ukir dalam sejarah Islam kita, munculnya firqoh Islam contohnya, adalah bukti suatu kelompok ingin menunjukan kebesaran atau kekuatan kelompoknya, sehingga merekapun memusuhi orang yang seagama dengannya tapi tidak sefaham dengan kelompok mereka. Adanya Syi'ah dan Sunni adalah bagian sejarah kekhalifahan yang patut kita renungkan. Sampai saat ini saling serbu dan terus bertikai.
Anda mungkim tidak akan sepakat kedua kelompok tersebut melakukan dakwa Islamiyah. Ketika mereka dakwa Islamiyah tak mungkin mereka memusuhi muslim yang lain, begitu juga kelompok agama lain. ISIS atau gerakan radikal lainya, jika tujuan mereka adalah dakwa Islamiyah maka mereka tidak mungkin menyakiti muslim lain atau pengikut agama lain. Karena menyakiti muslim dan pengikut agama lain tidak akan menyebabkan mereka simpati terhadap agama yang mereka dakwakan. Sehingga pun tak mungkin mereka akan mengikuti agama Islam karena menyangka Islam agama yang melegalkan kekerasan.
Islam melarang keras perlakuan kekerasan yang dinisbatkan atas nama Islam dan tuhan, karena jika seorang muslim menggunakan kekerasan atas nama agama, maka hakikatnya ia menista agamanya sendiri. Hal ini dapat dianalogikan pada kandungan makna surat Qur'an al An'am 108:
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan janganlah kamu memaki sesembahan-sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (Al An'am 108).
Dalam surat di atas kita menyadari tentang larangan memaki tuhan-tuhan yang disembah pengikut agama lain, karena dengan memaki kita memaki tuhan sendiri. Etika kita terhadap pengikut agama lain adalah menganggap baik perlakuanya dan tidak menggap benar keyakinannya dan ibadahnya. Dengan demikian Islam tegas mengajarkan pada kita menghormati ibadah mereka, tapi tidak meyakininya.
Harus kita sadari bahwa dendam adalah sifat yang merusak persaudaraan, contohlah ulama-ulama salaf nahdhiyin, mereka lebih memilih diam melihat fenomena akhir-akhir inu walau kelompok radikak mengatakan ada penistaan agama, diamnya mereka karena menurut mereka lebih maslahat, yang meredam kemarahan yang lebih besar. Hingga negara ini tetap tenang, hingga tidak ada balas dendam yang disinyalir akan memperkeru suasana. (AS)

Tambak, 27 Desember 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSIOLOGI HUKUM ISLAM

SEBAIK-BAIK TEMAN ADALA HUKAMA DAN ULAMA

METODOLOGI DAN PENDEKATAN STUDY ISLAM ERA KLASIK DAN MODERN