DUA MAZHAB TULISAN DI FACEBOOK
Setela pemerintah menerima pemberitahuan akan adanya aksi
turun jalan, maka beberapa hari kemudian pemerintah membended beberapa
identitas domain atau akun-akun yang sering menyuarakan profokasi. Saat itu
pula beberapa akun yang tela dibended diumunkan kemuka publik. Saya pribadi
menanggapi positif terhadap kesigapan pemerintah dalam hal ini. Karena jika
saja profokasi terus berlanjut saya membayangkan bagaimana bringasnya peserta
aksi 4 november lalu.
Namun ada hal yang menarik perhatian saya, ketika membaca
berita dari beberapa media terkemuka, saya temukan komentar yang saling ejek
mengejek satu sama lainnya. Saat itu saya juga sadar mereka punya idola masing,
saat idolanya diberitakan jelek maka mereka saling ejek, begitupun saat idola
mereka diberitakan kebaikannya. Saat itu saya berkesimpulan yang salah bukan
media pemberitaannya tapi pembacanya yang kurang dewasa menyikapi pemberitaan
tersebut.
Sepengamatan saya bukan hanya media masa saja tempat para
pengguna sosmed saling ejek, mereka pun menggunakan kalimat -kalimat orang yang
berpengaruh baik bangsawan atau ulama panutan yang mengenal sosmed sebagai
pembelaan dan kopasan. Intruksi pemerintah dalam hal ini polri sudah jelas akan
mengejar pemilik akun pembuat provokasi.
Menarik untuk dicermati munculnya dua mazhab FB yang saling
bertentangan antara keduanya baik pengikutnya atau tulisannya. Pengikutnya
saling saling sharesing dan copas status kedua mazhab FB ke FB masing pengikut.
Dia adalah Denny Siregar dan Jonru. Keduanya punya kutub yang saling berlawanan
satu ke arah petahana/pemerintah dan satu kutub lagi selalu alergi melihat
kabar baik petahana/pemerintah.
Menurut pengakuan masing dari status keduanya keduanya orang
muslim, Jonru yang lebi dulu populer dari Denny Si Regar adalah seorang mualaf
kabarnya. Tapi saya dapat pastikan keduanya orang SUMUT asalnya. Siregar itu
marga batak dari belahan raja Lontung, sedang Jonru yang bernama asli Jon Riah
Ukur Si Ginting adalah alak karo yang lahir di Kabanjahe. Keduanya punya
kemampuan menglolah retorika yang baik dalam status FBnya sehingga banyak orang
klepek-klepek membaca statusnya.
Denny Siregar, siapa yang tidak mengenalnya, ia memiliki
karya fenomenalnya berjudul "Tuhan Dalam Secangkir Kopi" buku yang
cocok bagi pemikir idealis atas dasar pandangan pluralisme. Sementara Jonru
yang juga banyak mengarang karya fiksi, salah satu penomenalnya adalah berjudul
"Saya Tobat", ini membuktikan mereka berdua memiliki kemampuan
menglola kata-kata rapi sehingga keduanya pun memiliki pembaca di setiap karya
mereka.
Tidak dapat ditampik keduanya sama-sama aktif dalam
komentar-komentar tentang tanggapan politik yang berkembang saat ini. Dari
kepudilian mereka terhadap perkembangan politik saat ini. Munculnya retorika
yang apik dan pemikiran lugas dari keduanya membawa pembaca mempercayainya
menjadi suatu kebenaran yang patut untuk di share kepublik. Tak jarang tulisan
-tulisan itu mendapat pertentangan dan bahan utama olok-olokan.
Hemat saya kebenaran yang masih mendapat perlawanan dan
bernilai politik saat ini harusnya ditanggapi dengan lugas. Tak ada yang salah
tentang status mereka berdua. Sikap kita saja yang kurang dewasa menanggapi
pemikiran mereka, sehingga kita terbalut kemarahan dan saling olok-mengolok.
Jika kita tidak menanggapi dengan dewasa bisa jadi tulisan di dalam dua
facebook milik Denny Siregar- Jon Riah Ukur Si Ginting menjadi sama dengan
media yang dibenned pemerintah.
Tambak 16 November 2016
Komentar
Posting Komentar