KEMULYAAN SEORANG ISTRI KARNA MEMULYAKAN SUAMI




Beberapa istri di masyarakat kita menganggap bahwa kemulyaannya ketika ia dapat dikagumi tubuhnya oleh lelaki, beberapa istri di masyakat kita juga merasa mulya jika ia mempunyai profesi mentereng seperti lelaki. Namun tak banyak dari mereka merasa mulya saat diciptakan menjadi istri yang berbakti pada suami.
Ada sebuah riwayat, Di zaman Nabi perang dilakukan dengan waktu yang sangat lama, karena jarang medan peperang bermil-mil jauhnya. Pasukan perang Nabi pada saat itu ada yang telah berkeluarga dan ada yang belum, untuk yang telah berkeluarga tentu memiliki rasa rindu yang dalam kepada keluarganya, karena berbulan-bulan tidak bersama.
Salah satu orang pasukan Nabi saat itu ada yang baru melakukan pernikahan beberapa hari lalu. Ia pun setelah melakukan pernikahan pindah kerumah sendiri yang terpisah dari orang tuanya. Beberapa hari ia menempati tempat tinggal bersama istri yang di persintingnya, ia pun saat itu mendengar seruan perang yang di umumkan melalui lisan kelisan dari tetangga-tetangganya.
Malam itu ia mengemas perlengkapan perang sebagaimana ia biasanya persiapkan. Ia memanggil istri yang baru beberapa hari dipersuntingnya "kita tak tahu diri kita akan di butuhkan agama dan negara kita, untuk itu kau harus sabar memiliki suami semcam aku", katanya lirih pada istrinya.
Istrinya pun nampak bersedih karena ia tahu resiko peperangan yang harus diterima oleh suaminya dan pada dirinya. Ia nampak sangat berat melepas kepergian suaminya malam itu. Di bawah langit yang cerah dan bintang yang menebar di sisi langit ia pun mengantat suami ke tempat berkumpul para pasukan perang bersama keluarga dan istri pasukan perang lain.
Malam itu sungguh memilukan hati istri mudah itu, ia terus mengisak melepas kepergian suaminya yang sangat ia cintai. Suaminya berpen padanya "jika aku mati di medan perang maka darahku tercucur karena Allah, dan ku harap kau sabar menerimanya. Dalam waktu berperangku janganlah kau keluar rumah walau apa yang tetjadi, jaga cinta kita walau apa yang terjadi", kata suami pada istrinya. Terus mengisak sang istri malam itu, tak banyak kata seperti mulutnya berat untuk mengucap satu katapun karena begitu cintanya ia pada suami.
Isak tangisnya semakin tak terbendung saat derap kaki para pasukan melangkah pertama kali, lambaian tangan sang suami nampak perlahan menghilang dikegelapan malam, rombongan pasukan itu mrnjauh.
Beberapa hari kemudian adik dari perempuan itu datang kerumahnya, memberi kabar bahwa ayahnya telah jatuh sakit beberpa hari ini. Kabar itu menambah sedih hatinya, ia dimeinta untuk pulang untuk melihat ayah yang sakit. Namun ia tak mau, bukan karena ia tak sudi atau tak sayang dengan ayahnya, hal ini karena ia masih menjaga janji suaminya.
Beberapa hari telah berlalu kabar, selanjutnya adik keduanya datang dan memberi kabar bahwa ayahnya telah Naza', ia pun masih belum mau melihat ayahnya. Ketiga kalinya adiknya kembali kerumah perempuan, kali ini adiknya memberi kabar bahwa ayahnya telah meninggal, perempuan itu menangis sejadi-jadinya karena mendengar ayahnya tela tiada.
Beberapa hari kemudian, ia bermimpi bertemu dengan ayahnya dalam keadaan bahagia, ai pun bertanya "Ayah bisa seperti ini karena kau patuh pada suamimu, tak usa kau sesedih itu, ayah bangga punya anak seperti kamu", kata ayahnya dalam mimpi. Perempuan itu tersenyum menghantar hilang bayang ayah yang semakin memudar di kejahuan.
Hikayat itu menunjukan betapa tinggi keutamaan menjaga janji dan menjaga kehormatan kita di saat suami kita jauh bekerja atau mencari nafkah untuk kita dan anaknya. Nabi pernah mengatakan dalam sebuag hadits;
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.”
Memerintahkan seorang istri untuk sujud pada suami adalah hal yang sangat mulya. Sujud dalam hadits tersebuk merupakan lafat majaz, yang artinya seorang perempuan atau istri yang mematuhi perintah taat seorang suami ia telah sujud pada suaminya, seorang istri yang mrnjaga kehormatan dan anak -anaknya saat suami sedang tidak dirumah ia juga termasuk orang yang sujud pada suaminya.
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita tersebut, “Masuklah ke surga melalui pintu manapun yang engkau suka.” (HR. Ahmad; shahih)
Dalam hadits tersebut betapa mudahnya seorang istri yang ingin masuk surga, seorang istri di suruh masuk surga sesuai pintu mana yang ia suka. Cukup baginya menjaga sholat wajibnya, berpuasa bulan ramadhan dan mentaati suaminya. Sungguh kemulyaan yang sabgat tinggi bagi istri-istri yang memulyakan suaminya. Mereka yang menjadi pelipur lara, menjadi perhiasan mata suami dan menjaga aib suami. (AS)


Tambak 29 Desember 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSIOLOGI HUKUM ISLAM

SEBAIK-BAIK TEMAN ADALA HUKAMA DAN ULAMA

METODOLOGI DAN PENDEKATAN STUDY ISLAM ERA KLASIK DAN MODERN