AIR MATA BOCAH UNTUK NABINYA
Tiada keimanan
yang murni kecuali keimanan para sahabat, tiada kesetia kawanan yang paling
setia kecuali kesetia kawanan para sahabat pada Nabinya, dan tiada kecintaan
yang begitu dalam kecuali kecintaan sahabat pada Nabinya. Gamabaran ini merupakan gamabaran
keistimewaan dan keutamaan para Sahabat kepada Nabi Muhammad SAW yang harus
kita ikuti.
Telah banyak kisah-kisah yang telah
ditulis oleh para ulama tentang keutamaan para sahabat dalam kecintaan, kesetiaan dan kepatuhan kepada nabi Muhammad
SAW. Kisah-kisah itu mengajarkan kita tentang budi pekerti, kepribadian yang
tinggi dan juga membawa kita kepada derajat kemulyaan jika saja kita meniru dan mengamalkanya dalam
aktifitas sehari-hari.
Dikisahkan seorang anak yang masih berumur
13 Tahun sangat bahagia ketika mendengar pengumuman akan adanya peperangan yang
dipimpin langsung oleh baginda Nabi Muhammad SAW. Ia senang karena ia bisa ikut dalam barisan pasukan Nabi Muhammad SAW dan memandang langsung pria yang selama ini
ayahnya ceritakan kepadanya, pria yang baik perangainya, baik ucapanya, tinggi
derajatnya dan amat dekat kedekatanya
dengan tuhannya. Pria yang ketika dilempari batu oleh musuhnya lalu ia tidak
membalas dengan lemparan batu yang serupa, akan tetapi membalas dengan doa
ampunan.
Mendengar ihwal seruan peperangan itu, ia langsung berlari menemui ayahnya
meminta izin agar ia esok diikut sertakan bersama ayah dalam peperangan itu. Kemudian mendengar permohonan anaknya untuk
ikut bersamanya dalam barisan pasukan perang Nabi, ayah itu pun bingung, jika
anak seusianya ikut perang untuk mendapatkan harta rampasan perang, itu tidak mungkin, karena anak diusianya
lebih asik bermain daripada ikut berperang yang taruhannya adalah nyawa, bahkan banyak anak
se-usianya takut kepada darah. Jika ingin menadapat kedudukan, lebih tidak mungkin anak se-usianya menginginkan kedudukan dan
ketenaran, lalu apa? apa sebetulnya yang mendorong anaknya untuk ikut dalam
perang bersamanya. Ayah itu bertanya “wahai anakku, apa yang mendorongmu untuk
ikut dalam barisan perang?” kemudian anak itu menjawab “aku ingin melihat langsung wajah
Nabiku ya ayahanda. ayah
telah banyak bercerita padaku tentang kemulyaannya dan kebagusan rupanya, begitu juga
kedekatanya dengan tuhannya” mendengar jawaban anaknya seperti itu, ayah itu menangis dan memeluknya.
Lalu ayah itu pun mendiskusikan perihal anaknya kepada istrinya. Ayah itu membawa anaknya ke istrinya
malam sebelum peperangan dilaksanakan. Ayah itu menceritakan pada ibunya
sembari meminta izin untuk anaknya,
istrinya pun menangis mendengarnya, lalu dengan terpaksa ibu itu pun
mengizinkan anaknya untuk ikut serta dalam peperangan itu.
Malam itu si anak yang telah menadapat
izin untuk perang dibarisan pasukan Nabi tidak dapat tidur walau tubuhnya telah
merebah di atas kasur. Ia telah membayangkan apa yang harus ia lakukan esok di
medan perang. Ia membayangkan wajah
sang pujaannya. Ia ingin di peluk oleh sang pujaannya. Ia juga membayangkan kehangatan pelukan
sang pujaan. Bayangannya telah di medan perang bersama
pujaannya, dan juga rasa
bahagia berkecamuk dalam pikirnya sehingga membawanya pada waktu pagi.
Pagi harinya anak itu berangkat menuju
keperkumpulan pasukan perang. Sebelum berangkat ia menemui ibunya untuk
berpamitan dan ketika ia mengahadap ibunya ia memeluk ibunya dan membisikan
“ibu! jika aku mati, ibu jangan bersedih, sebab aku telah di dalam pelukan
Nabi, Ibu!
kau jangan bersedih,
karena aku pergi untuk bertemu dengan nabi yang kau telah cerikan perangainya
padaku, selamat tinggal ibu”.
Perpisahan itu pun berlalu, seorang
anak yang rindu ingin bertemu dengan sang Nabi pujaannya memulai pengalaman perang pertamanya di medan perang. Beberapa kali ia melihat wajah Nabi Muhammad.
SAW dan rasa semangat mengayunkan pedang bertambah. Semakin cepat ia ayunkan pedang semakin
dekat dengan nabi Muhammad. SAW, semakin jelas juga wajah Nabi dilihatnya. Tinggal beberapa meter
saja dengan Nabi
Muhammad SAW anak itu terpenggal kepalanya dan gugur dengan melihat wajah
Nabinya.
Subhannallah sungguh seorang anak
yang tiada bandingan dalam kecintaan kepada Nabi, sekiranya kita dan
anak kita yang hidup sekarang ini mempunyai kecintaan semacam anak ini, betapa nabi Muhammad. SAW dan Rabnya
Mencintai kita.
Cerita ini bukan untuk membangkitkan
semangat jihad di era
saat ini,
melainkan bertujuan untuk mencintai Nabi Muhammad SAW dengan melakukan
sunnah-sunnahnya, memberikan kedamaian pada setiap pemeluk agama, dan juga berwarga negara yang
toleran.
Komentar
Posting Komentar